BERITA UPR
Selain menempuh
pembelajaran di perguruan tinggi, mahasiswa memiliki peran dan fungsi dalam
masyarakat, diantaranya sebagai agent of change, iron stock, moral
force, guardian of value dan social control. Untuk mendukung
peran tersebut, Prodi Biologi FMIPA-UPR berkomitmen untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengalami kondisi atau situasi tertentu sebagaimana yang terjadi dalam
kenyataan (experiential learning). Hal tersebut diyakini dapat menjadi faktor yang menentukan
keberhasilan pembelajaran.
Komitmen tersebut diterapkan dalam bentuk pembelajaran inovatif pada MK Biologi Konservasi Prodi Biologi FMIPA-UPR. Kegiatan tersebut dimulai tanggal 09 – 13 Oktober 2024 yang baru lalu. Secara garis besar, mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk menghimpun informasi langsung dengan melakukan kunjungan dan wawancara dengan narasumber pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang memiliki kewenangan mengelola Kawasan Konservasi di Kalimantan Tengah, yakni Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)Kalteng dan Balai Taman Nasional (BTN) Sebangau. Selain instansi pemerintah, ada pula kelompok yang berkunjung pada beberapa Lembaga Konservasi yang berbasis di Palangka Raya antara lain WWF-Indonesia Kalimantan Tengah dan Yayasan BOS. Lebih lanjut, terdapat kelompok yang mengunjungi masyarakat baik itu pemandu wisata, tim pemadam api kecamatan & masyarakat nelayan di sekitar kawasan konservasi Kalimantan Tengah.
Kunjungan dan wawancara mahasiswa
peserta MK Biologi Konservasi di UPT
Kementerian LHK seperti BKSDA dan BTN Sebangau (atas), serta Lembaga
Konservasi
dan Masyarakat di sekitar Kawasan
Konservasi (bawah).
Data yang mahasiswa peroleh di lapangan,
menjadi bahan diskusi di dalam kelas dalam bentuk role-play. Tiap
kelompok mahasiswa mengambil peran sebagai pemerintah, NGO, dan masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, team-teaching MK Biologi Konservasi, yakni Dr. Adventus
Panda, S.Si., M.Si., Mirnawati Dewi, M.Si & Umi Novita Fitriah, S.Pd. M.Sc.,
hadir sebagai representasi Perguruan Tinggi. Dalam role-play
tersebut, tiap kelompok mahasiswa yang sebelumnya,
memahami peran mereka karena telah memiliki saat melakukan wawancara langsung
dengan pemangku
kepentingan dalam upaya pengelolaan Kawasan Konservasi. Dalam
prosesnya, kemampuan soft dan hard-skill seperti public
speaking, critical thinking dan pola networking tampak
menonjol. Diakhir sesi role-play,
beberapa perwakilan mahasiswa memberikan testimoni antara lain mengungkap bahwa
pembelajaran inovatif ini menguji mental kami, karena selain memahami teori di
kelas, membuka komunikasi dengan narasumber membutuhkan keterampilan
komunikasi, manajemen waktu, kesabaran dan pengendalian diri. Selain itu,
beberapa mahasiswa mengungkap bahwa pengalaman yang mereka dapatkan dari
kunjungan ke instansi pemerintah, NGOs dan masyarakat sangat menguntungkan dan
membuka/memperluas wawasan mereka tentang upaya konservasi yang sudah, atau
sedang dilakukan khususnya di Kalimantan Tengah.
Suasana role-play
sebagai salah satu bagian dalam penerapan
model
pembelajaran inovatif MK Biologi
Konservasi (Sumber: M. Dewi, 2024)
Koordinator MK Biologi Konservasi Dr. Adventus Panda, S.Si., M.Si., mengungkap bahwa MK ini berisi tentang konsep, teori, nilai, prinsip dan fenomena biologi terkait konservasi, manajemen konservasi dalam ekosistem. Secara spesifik, mahasiswa diharapkan mampu menganalisis dan mengevaluasi bahan kajian biologi dan penerapannya sebagai fondasi pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Namun, jika tidak ada kegiatan lapang, maka esensi terhadap pemahaman konservasi akan sulit dicapai. Tim kami berterimakasih kepada Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LP3MP) UPR, atas fasilitasi terhadap model pembelajaran inovatif pada MK ini, sehingga mahasiswa Prodi Biologi angkatan 2023 yang menempuh MK Biologi Konservasi memiliki kesempatan untuk melaksanakan pembelajaran inovatif. Lebih lanjut disampaikan, Konservasi pada praktiknya merupakan pendekatan multidisplin dan melibatkan banyak stakeholders. Fokus yang diangkat dalam metode pembelajaran inovatif adalah mengungkap upaya pengelolaan konservasi mulai dari studi lapang, diskusi pada tiap level sampai pada perumusan dan pengambilan kebijakan. Dengan demikian, mahasiswa dapat memahami bahwa perumusan dan pengambilan kebijakan harus melalui proses diskusi yang alot, berjenjang dan pentingnya kolaborasi. Kolaborasi dapat dilakukan dengan memahami peran masing-masing pemangku kepentingan dalam upaya pengelolaan Kawasan Konservasi di Kalimantan Tengah, secara khusus di Konservasi Ekosistem Rawa Gambut, sehingga in-line dengan Pola Ilmiah Pokok UPR yakni pengembangan IPTEK dengan pengembangan pada daerah rawa gambut tropika serta daerah aliran sungai dan lingkungannya (ap-unf-md).